Tuesday, October 22, 2013

Tukang Parkir di Indonesia Itu Bikin Orang Korupsi

ilustrasi

Aku tak bilang bahwa pekerjaan sebagai tukang parkir itu buruk. Semua pekerjaan, asal resmi dan jelas (tentu mencuri dan menjadi mafia bukanlah pekerjaan resmi dan jelas) pasti memberikan kebaikan. Menjadi tukang parkir pun memberikan kebaikan: tata kendaraan yang baik, paling tidak.

Tapi mengapa tukang parkir bisa buat orang lain berbuat gila seperti korupsi? Di Indonesia ini tukang parkir ada yang resmi dan tak resmi. Tak akan aku bahas perbedaan antara keduanya karena menyangkut perundang-undangan dan peraturan terkait yang aku sendiri pusing membacanya.

Tapi yang sama adalah orangnya. Parkiran dijaga oleh tukang-tukang parkir yang tentu manusia. Nah, yang menjadi awal masalah dari mengapa tukang parkir bisa buat orang korupsi adalah sikap mereka yang sering kali tak adil.

Kejadiannya adalah pada umumnya ketika kau akan memarkir mobil pada sebuah, katakanlah, restoran, maka si tukang parkir akan mengarahkan spot mana yang cukup untuk mobilmu.

Masalahnya kemudian muncul ketika si tukang parkir ini melihat mobil apa yang kau punya. Jadi dalam benak tukang parkir ia perlu tahu mobil apa yang akan ia tangani. Mobil apa yang akan jadi kliennya.

Setelah mereka tahu macam mobil apa kliennya, mereka akan tahu sikap dan layanan apa yang akan mereka berikan.

Kalau mobilnya adalah Mercy, Lexus dan sekelasnya, bagaimanapun cara dan situasinya, ketika ditanya, “Mas, ada parkir ga?”

Jawabnya akan selalu (atau umumnya) atau kebanyakan “Ya, ada-ada!”

Maka biarpun parkiran sudah di depan mata penuh sesak, si tukang parkir akan carikan tempat.

Kalau mobilnya adalah, katakanlah Xenia atau Avanza, tukang parkir akan melihat situasi dulu. Kalau memang benar-benar longgar, “Ada om…,” kalau ada satu atau dua, maka “Wah, ga ada Bos…”

“Kan itu kosong?”

“Maaf, udah dipesan, Bos…”

(Dammit!)

Karena perlakuan tukang parkir yang parsial inilah kemudian orang secara tak langsung ingin punya mobil yang kelasnya tak jauh-jauh dari Mercy. Yang tak punya akan memaksa punya. Bagaimanapun caranya, dan mungkin salah satunya korupsi, entah korupsi sendiri atau memaksa orang tuanya sehingga mereka harus korupsi.

Meski demikian, tak semua tukang parkir itu berlaku demikian. Kebanyakan memang demikian, tapi tetap ada yang baik dan bijak serta tak bersikap pilih kasih. Bagaimanapun juga mereka juga yang buat parkiran jadi rapi.

Apakah yang pilih kasih itu karena mereka orang tak sekolah? Tidak juga. Sekolah tak jamin orang bertindak buruk apa tidak. Karena mereka tak punya moral saja, mereka yang pilih kasih dan suka korupsi. Dan, orang yang tak bermoral dan tak masuk akal korupsi hanya untuk pujian dan layanan ketika mereka parkir.

No comments:

Post a Comment