Thursday, October 17, 2013

Karena SBY Lebay, Siapa Pemimpin Indonesia Sebenarnya?

(Sumber: JusufKalla.info)
Tentu kalau kau bertanya siapa pemimpin tertinggi negara ini, jawabannya pasti presiden. Dan, saat ini yang jadi presiden adalah Pak SBY. Tapi apakah benar dia adalah pemimpin utama? Apakah SBY adalah penentu utama keputusan-keputusan negeri ini?

Kalau melihat reaksi SBY yang baru-baru tentang isu Bunda Putri kurasa lebay sekali. Bagaimana tidak lebay, banyak kasus yang seharusnya dia serius menanggapi, ia malah keluar dengan gaya lamanya: Saya instruksikan, saya himbau, dan saya prihatin.

Negara impor bahan-bahan pangan, tanggapan si SBY hanya, "Saya instruksikan ini dan itu..." Soal korupsi di pemerintahan, jawabnya "Saya himbau..."

Tentu ini terlihat tidak fair karena sudah seharusnya presiden tak boleh terlihat reaktif di depan media dan kerja keras di belakang layar. Tapi kalau kau lihat tanggapannya soal Bunda Putri, lebay tingkat dewa sekali menurutku dia itu!

Ke-lebay-an SBY ini tentu membuat banyak orang merasa gregetan dengan satu orang ini. Itu sebenarnya menunjukkan kalau dia sebenarnya terlibat dalam kasus itu, bukan begitu?

Jadi, kalau Si SBY sibuk menciptakan lagu, berprihatin, menginstruksi dan menghimbau, siapa yang menentukan arah negeri ini sebenarnya?

Dalam sebuah ceramah di Lemhanas, salah satu tokoh bangsa Jusuf Kalla menyinggung soal ini dengan penjelasan yang taktis dan gambling. Ia jelas menyatakan kalau penentu arah pembangunan dan pengambil keputusan di negeri ini bukan presiden. Bukan.

“Siapa yg menentukan arah negeri ini sekarang? (Pejabat) Eselon III dan IV. Karena mereka semua saling lempar tanggung jawab,” ujar JK pada ceramahnya.

Tokoh dari Timur ini mengatakan bahwa pada pemerintahan SBY kali ini, bila ada masalah, sang presiden lebih sering meminta informasi dan bantuan ke menteri. Itu lumrah. Tapi kemudian, karena antara presiden dan menteri tak ada yang bertanggung jawab, menteri pun bertanya ke dirjen. Begitu terus ke bawah sampai pada para direktur dan jajarannya yang merupakan pejabat eselon III dan IV.

“Dan parahnya, mereka (pejabat eselon III dan IV) cenderung bilang ‘tidak,’ karena setelah itu habis perkara. Lepaslah tanggung jawab. Jadi arahan dari atas adalah silahkan laksanakan sesuai perundang-undangan dan peraturan terkait,” kata JK waktu itu. Sandiwara bin dagelan betul negara ini.

Kau tentu sudah mafhum dengan kata-kata 'silahkan laksanakan sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku. Ya begitulah cara mereka itu lempar tanggung jawab.

Maka dari itu, menurut JK, karena sekarang menteri pun tak mau bertanggung jawab, dirjen juga tak mau tanggung jawab, jadilah pejabat eselon III dan IV yang jadi sasaran. Dan, merekalah yang menentukan arah dan kebijakan negeri ini saat ini.

Jempol buat anda SBY! Jempol buat bagaimana anda piawai menyelamatkan diri dari tanggung jawab!

Baik, tulisan ini akan kututup dengan quote menarik dari Pak JK.

"Kalau tak mau bertanggung jawab, jangan jadi pemimpin, karena kerja anda hanya akan saling menyalahkan."

No comments:

Post a Comment