Sunday, January 17, 2010

Parkir Dadakan di Jakarta

Jakarta terkenal dengan aura menariknya. Ia menarik banyak orang untuk mengadu nasib di sana. ada yang berspekulasi menjadi pengusaha, menjadi kuli, menjadi artis, dan pula yang menjadi pejabat. Semua orang dari luar Jakarta berdatangan setiap tahunnya.

Keramaian Jakarta semakin kompleks dengan hadirnya pendatang yang memiliki kendaraan. Mereka yang sudah sedikit sukses membeli atau kebanyakan mengkredit mobil. Hampir 90 persen mobil di Jakarta adaah mobil kreditan. Pembelian mobil di Jakarta bahkan tak menunjukkan angka penurunan. Tiap tahun terjadi kenaikan terus menerus.

Sayangnya, pemerintah DKI Jakarta seakan tak memberi batasan jumlah kepemilikan kendaraan tersebut. Setiap keluarga diperbolehkan memiliki mobil yang tak terbatas jumlahnya. Pokoknya ada duit, kalau mau beli mobil ya beli saja. Apalagi, hal ini ditambah pemilik sepeda motor yang terus memadati jalan-jalan kota Jakarta.


Anda perlu tahu, jumlah kendaraan pribadi di Jakarta merupakan sumber keruwetan lalu lintas. Perbandingan jumlah kendaraan pribadi dan kendaraan umum adalah 98% kendaraan pribadi dan 2% kendaraan umum.

Padahal jumlah orang yang diangkut kendaraan umum jauh lebih banyak dari pada jumlah orang yang diangkut oleh kendaraan pribadi. Dari total 17 juta orang yang melakukan perjalanan setiap hari, kendaraan pribadi hanya mengangkut sekitar 49,7% penumpang. Sedangkan 2% kendaraan umum harus mengangkut sekitar 50,3% penumpang.

Anda bisa bayangkan, ke-jomplang-an tersebut. Seharusnya masyarakat Jakarta tahu kalau kendaraan-kendaraan mereka itu membuat Jakarta semakin ruwet.

Melihat data-data tersebut, lumrah saja kalau kita akan melihat fenomena parkir dadakan di Jakarta. Utamanya pagi dan sore hari. Jala-jalan utama dan jalan tol dalam kota akan dipenuhi mobil dan motor. Inilah yang jadi parkiran dadakan itu.

Pemerintah Jakarta malah seakan tutup mata melihat masalah ini. Masalah transportasi yang sarat kontribusi pada pembanguan seakan diabaikan.

Transportasi umum terbaru di Jakarta adalah trans Jakarta atau lebih dikenal dengan busway. Transportasi ini memang nyaman dan ber-AC. Tapi, jumlahnya tetap tak memadai, tak bisa men-cover masyarakat yang ingin melakukan perjalanan di Jakarta. Selain itu sarana pendukungnya juga tak terurus dengan baik. Meski di beri tempat sendiri, busway sering juga terjebak macet. Jadi ujung-ujung nya sama saja dengan transportasi lain.

Fenomena parkir dadakan akan terus terjadi bila pemerintah tak serius menangani pelayananransportasinya. Selain itu kesadaran masyarakat untuk mengunakan public servise juga harus ditingkatkan. Memang dilematis bila dua solusi diatas dilakuakn sendiri-sendiri. Pemerintah memperbaiki transportasi umum tapi tidak ada penumpangnya atau keinginan menggunakan public transportation tapi pemerintahnya diem-diem saja adalah humor yang tidak lucu. Maka dari itu, Keduanya harus dilakukan beriringan dan bersamaan.



No comments:

Post a Comment